Notification

×

Iklan

Iklan

Jurnalis Indonesia Harus Makin Lantang Suarakan Perlindungan Terhadap Jurnalis Palestina

Jumat, 15 Agustus 2025 | 10:17 WIB Last Updated 2025-08-15T03:17:13Z



Laporan : EDIGEBUK

BERITA OKI.COM,Jakarta - Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARI-BP) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendorong para jurnalis Indonesia, baik di media cetak maupun elektronik untuk lebih keras menyuarakan kecaman dan penolakan terhadap kebrutalan penjajah Zionis Israel, khususnya terhadap jurnalis dan pekerja media di Palestina.


“Kami meminta jurnalis Indonesia dan dunia agar lebih lantang menyuarakan perlindungan terhadap jurnalis di Palestina,” kata Ketua Komite Pelaksana ARI-BP yang juga Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI, Dr. KH M Zaitun Rasmin, LC., MA dalam “Diskusi dan Konferensi Pers Solidaritas Media untuk Gaza” di Jakarta, Kamis (14/8).


Pembicara lain dalam diskusi dan jumpa pers itu adalah Sekretaris Komite Pelaksana ARI-BP yang juga Wakil Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri MUI, KH Oke Setiadi, M.Sc dan Wartawan Senior Republika Zamzami, dengan moderator Wartawan Senior yang juga Wakil Sekretaris Komisi Infokom MUI, Aat Surya Safaat.


Diskusi dan konferensi pers solidaritas media untuk Gaza itu diselenggarakan untuk merespons keadaan darurat yang mengancam rakyat Palestina di Gaza, khususnya terhadap kalangan jurnalis dan pekerja media yang menjadi target pembunuhan tentara Zionis Israel.


Sebelumnya diberitakan bahwa penjajah Zionis Israel kembali membunuh jurnalis di Gaza, Palestina pada 10 Agustus 2025. Lima jurnalis meningggal dunia seketika setelah tenda awak media yang terletak di sekitar Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza Utara, dibom oleh tentara Israel.


Kelima jurnalis tersebut adalah Anas Al-Sharif (koresponden Al-Jazeera), Muhammad Qreiqa (koresponden Al-Jazeera), Ibrahim Zahir (fotografer jurnalis), Mu’min Aliwa (fotografer jurnalis), dan Muhammad Nofal (asisten fotografer jurnalis).


Pembunuhan terhadap awak media itu dilakukan dengan sengaja setelah penargetan langsung terhadap mereka. Dengan pembunuhan kelima wartawan itu, jumlah jurnalis yang dibunuh penjajah Israel di Jalur Gaza selama genosida sejak 7 Oktober 2023 hingga saat ini mencapai 304 jurnalis.


Jumlah jurnalis yang meninggal akbat kebrutalan tentara Zionis Israel itu merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah, bahkan dibandingkan dengan jurnalis yang meninggal saat Perang Dunia I dan II, Perang Vietnam, dan Perang Afghanistan. Secara total, lebih dari 61.700 orang telah meninggal dunia akibat kebiadaban tentara Israel, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.


Menurut KH Zaitun, pemboman tentara Zionis Israel terhadap jurnalis dan institusi media adalah kejahatan perang yang sangat nyata. Penjajah Israel bertujuan membungkam kebenaran dan menghapus jejak kejahatan genosida, sebagai persiapan untuk rencana kriminal penjajah menutupi pembantaian brutal yang telah dan akan dilakukan di Jalur Gaza, Palestina.


Sementara itu Sekretaris Komite Pelaksana ARI-BP yang juga Wakil Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional KH Oke Setiadi menyatakan, menyelamatkan masyarakat di Gaza bukan hanya semata-mata untuk menyelamatkan kelompok tertentu, melainkan upaya untuk menyelamatkan seluruh umat manusia.


“Menyelamatkan saudara-saudara kita yang ada di Gaza bukan untuk semata-mata menyelamatkan masyarakat di wilayah itu, tetapi sejatinya menyelamatkan semua umat manusia," kata Oke Setiadi.


Ia menuturkan bahwa terbunuhnya lima jurnalis di Gaza baru-baru ini menjadi contoh buruk tentang hilangnya nilai-nilai kemanusiaan di muka bumi, dan kecaman terhadap pendudukan Zionis Israel di Gaza bukan hanya berasal dari umat Islam, tetapi meluas secara global karena Israel juga menargetkan penghancuran gereja-gereja di Jalur Gaza.

×
Berita Terbaru Update