![]() |
Pelaksanaan Program Agroforestry di kawasan DAS Ketahun Provinsi Bengkulu. |
BENGKULU | BERITAOKI.COM | Pelaksanaan Program Agroforestry di kawasan DAS Ketahun
Provinsi Bengkulu yang merupakan DAS
regional, melintasi lebih dari satu kabupaten/kota, dengan rincian luas bagian DAS yang berada di
wilayah Kabupaten Lebong adalah 118.905 ha, di Kabupaten Rejang Lebong seluas
4.348 ha dan di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara seluas 116.839 ha.
Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan diantaranya Pembuatan
Dam Pengendali (DPi), Pembuatan Dam Penahan (DPn) dan Pembuatan Sumur Resapan
Air (SRA), sedangkan penanaman yang dilakukan diantaranya menanam pohon kayu-kayuan serta
tanaman komoditas.
Kelompok petani tersebut
didampingan oleh tenaga pedamping, sehingga dalam pelaksanaannya sesuai dengan
RUKK yang ada. Sedangkan masyarakat yang dapat program tersebut, diharapkan ke
depan taraf ekonominya makin meningkat.
Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) melalui Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan
Hutan Lindung (BPDASHL-Ketahun) dalam pelaksanaan program Agroforestry ini
mencanangkan pemulihan ekosistem dengan menanami pepohonan serta tanaman yang
tidak terlalu lama untuk siap panen. Adapun jenis tanamannya ini disesuaikan
dengan karakter lahan serta tingkat kebutuhan masyarakat.
“Namun yang jelas,
prinsif dasarnya bahwa kegiatan yang dilaksanakan kelompok tani bisa memberikan
kontribusi bagi kelestarian, memperhatikan lingkungan sehingga bisa mewarisi
lahan yang baik ke depannya,” ujar Taswin Dp Ketua LSM Mitra Kejati (22/7/2022)
Menurutnya, dalam hal ini
tidak sedikit kendala yang dihadapi di lapangan dalam menjalankan program
Agroforestry, karena masih banyak petani yang enggan menanami lahannya dengan
tanaman keras, dengan alasan mengganggu pertumbuhan tanaman sayuran. Namun
demikian, sosialisasi kepada petani secara step by step dan perlahan sangat
diperlukan, agar mau bertanam pohon keras di lahannya, dengan memberikan pemahaman
bahwa disamping pohon keras bisa pula dilakukan penanaman lainnya seperti
sayur-sayuran dan buah-buahan.
Dari hasil pemantauan
yang dilakukan tim di lapangan bahwa program agroforestry yang sudah digulirkan
berjalan baik. Bahkan tampak diantaranya perbaikan lingkungan dan bangunan
dengan pembatasan pembangunan di daerah rawan longsor oleh masyarakat petani.
Serta langkah antisipasi lainnya untuk pengurangan bencana banjir antara lain
dengan peningkatan kawasan resapan air di hulu sungai dan perbaikan kualitas
lahan kritis.
Begitu pula, penanaman
pohon-pohon kayu atau tanaman keras yang diharapkan dapat sebagai penyeimbang
ekosistem lahan hutan dalam garapan program tersebut hingga kini sudah dukup
berhasil, terbukti dari berkembang suburnya tanaman tersebut. Disamping juga
tanaman komoditas seperti sayur-sayuran serta buah-buahan dan peternakan yang
menjadi garapan petani sebagai ladang untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya.
Seperti diketahui, program
tersebut bertujuan untuk pemulihan DAS yang kritis, pulihnya fungsi daerah
tangkapaan air dan meningkatnya pengelolaan hutan oleh masyarakat.
Munculnya program
Agroforestry ini berawal dari Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan Dan Lahan
(RTkRHL) kemudian ditindaklanjuti dengan Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan
Dan Lahan (RPRHL), lalu Rencana Tahunan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (RTnRHL).
Hal ini bermula dari
kunjungan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Dr. Ir. Siti
Nurbaya Bakar, M.Sc., bersama jajarannya ke Situ Cisanti, Desa Tarumajaya,
Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung Kamis, (25/12/2014) silam. Maka muncullah program Agroforestry, dengan
memperbaiki ekosistem hutan dan lingkungan yang rusak dengan percepatan
rehabilitasi lahan dengan bangunan konservasi tanah dan air (KTA) dam pengendali
(DPi), dam Penahan (DPn), sumur resapan air (SRA) serta gully plug (GP).
Adapun tujuan dari
pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan ini dilaksanakan dengan dua cara yaitu
melaksanakan dengan Agroforestry di luar kawasan hutan (pegetatif) dan sipil
teknis, yang pelaksanaanya sama-sama bisa di luar kawasan hutan tapi masih di
lahan masyarakat berupa bangunan konservasi seperti beronjong.
Adanya kegiatan
Agroforestry ini diharapkan dapat terkendalinya erosi dan luas lahan kritis
selain juga bisa berkurang dan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat. Karena
dalam kegiatan ini ada upah sehingga bisa menambah ekonomi rakyat dan
diharapkan efek dari program Agroforestry ini masyarakat yang punya lahan
meningkat penghasilannya. Disamping itu juga selain dari pertanian, mereka akan
mempunyai cadangan kayu.
Lebih lanjut Taswin mengatakan, yang lebih penting dari program Agroforestry
ini, banyak melibatkan kelompok-kelompok tani, dimana dalam pelaksanaannya
dengan cara swakelola, mendapatkan respon positif dari berbagai pihak,
khususnya masyarakat di wilayah DAS. Mereka menjadi antusias untuk menjaga dan
memelihara wilayah DAS. Bukan hanya itu saja, adanya program Agroforestry
menjadikan perekonomian masyarakat saat ini mengalami titik terang, sebab
program berbasis swakelola ini selain untuk memulihkan ekosistem lahan dan
hutan juga memberikan dampak manfaat secara ekonomi dengan melakukan penanaman
tanaman komoditas serta peternakan.
“Program semacam inilah yang ditunggu tunggu masyarakat. Sejauh
ini, petani yang berada dekat hutan kerap menggantungkan hidupnya dari hasil
pembalakan pohon hutan, sehingga lahan menjadi kritis dan erosi. Makanya ini
adalah langkah inovatif yang menyeimbangkan penataan ekologi dan penataan
ekonomi bagi petani” katanya
Agroforestry merupakan
sebuah program yang berkelanjutkan, hingga diperlukan penyadaran dan pemahaman
kepada para kelompok untuk terus bekerja dan membuktikan bahwa program
agroforestry bisa terus berlanjut dan semakin berkembang karena hal ini sangat
erat hubungannya antara penataan ekologi dan penataan ekonomi juga sisi sosial.
Karena program ini sangat
memahami betul kultur petani yang tak mungkin lepas dari upaya kelangsungan
hidup. Pasalnya dalam bantuan program tersebut digunakan untuk biaya
pemeliharaan, biaya pasca panen, serta ada biaya-biaya lainnya. Dan hasil
panennya justru para petanilah yang merasakan dan menikmatinya, dengan catatan
tetap para tujuan awal yakni memperbaiki ekosistem alam yang rusak dengan
melakukan pengendalian erosi lahan dan hutan.
Adapun
menurut Kepala Balai BPDASHL Ketahun Taufik Siregar, program Agroforestri ini
bersifat swakelola yakni dari petani, oleh petani dan untuk petani.
Agroforesteri adalah tanaman kombinasi antara tanaman Kehutanan dan tanaman
pertanian, ciri hasnya tataman kehutanan umurnya lebih dari 5 hingga 6 tahun,
tetapi kalau tanaman pertanian 2 hingga 3 bulan sudah bisa dilakukan panen.
“Jika masyarakat menanam
tanaman keras dan kayu-kayuan ’kasihan’, karena mereka harus menunggu panennya
5 hingga 6 tahun. Untuk memenuhi kebutuhan jangka pendeknya, maka kita
kombinasikan agroforestri,“ tutur Taufik Siregar saat dihubungi melalui ponselnya ( 21/7/2022)
Beliau mengatakan, kegiatan
agroforestri sudah sejak dulu dilakukan, secara tidak sadar di
pekarangan-pekarangan rumah ada tanaman seperti kelapa, kayu-kayuan dan di
dalamnya ada ternak sapi dan kambing itu dilakukan seperti agroforestry.
Diharapkan dengan adanya
program agroforestri ini bermanfaat bagi masyarakat, sehingga perkembangan
ekonomi masyarakat bisa cepat meningkat. (***)